Buatlah sebuah
kesimpulan dan penjelasan mengenai pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang
Anda pelajari dalam modul ini.
KONSEP
PENDIDIKAN PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA
Pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa dasar yang harus ada
dalam pendidikan adalah adanya persamaan persepsi antara penegak atau pemimpin
pendidikan tentang arti “mendidik” itu sendiri. Beliau menyatakan mendidik
adalah proses memanusiakan manusia dengan adanya pendidikan diharapkan derajat
hidup manusia bisa bergerak vertikal ke atas ke taraf insani yang lebih baik
dari sebelumnya. Dalam konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara ada dua hal yang
harus dibedakan yaitu, “Pengajaran” dan “Pendidikan” yang harus
bersinergis satu sama lain. Adapun menurut beliau pengajaran bersifat memerdekakan manusia dari aspek hidup lahiriah
(kemiskinan dan kebodohan). Sedangkan pendidikan
mengarah pada memerdekakan manusia dari aspek hidup batin (otonomi berpikir dan
mengambil keputusan, martabat, mentalitas demokratik). Jadi jelaslah bahwa
manusia yang merdeka adalah manusia yang hidupnya secara lahir dan batin tidak
terganggu kepada orang lain, akan tetapi ia mampu bersandar dan berdiri di atas
kakinya sendiri. Artinya sistem pendidikan itu mampu menjadikan setiap individu
hidup mandiri dan berpikir sendiri.
Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa Pendidikan ialah usaha
kebudayaan yang bermaksud memberi bimbingan dalam hidup tumbuhnya jiwa raga
anak agar dalam kodrat pribadinya serta pengaruh lingkunganannya, mereka
memperoleh kemajuan lahir batin menuju ke arah adab kemanusiaan (Ki Suratman,
1987: 12). Sedang yang dimaksud adab kemanusiaan adalah tingkatan tertinggi
yang dapat dicapai oleh manusia yang berkembang selama hidupnya. Artinya dalam
upaya mencapai kepribadian seseorang atau karakter seseorang, maka adab
kemanusiaan adalah tingkat yang tertinggi. Dari definisi pendidikan tersebut
terdapat dua kalimat kunci yaitu; “tumbuhnya jiwa raga anak” dan “kemajuan anak
lahir-batin”. Dari dua kalimat kunci tersebut dapat dimaknai bahwa manusia
bereksistensi ragawi dan rokhani atau berwujud raga dan jiwa. Adapun pengertian
jiwa dalam budaya bangsa meliputi “ngerti, ngrasa, lan nglakoni”
(cipta, rasa, dan karsa).
Ki Hajar Dewantara lebih lanjut menegaskan bahwa
pendidikan itu suatu tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Ini berarti
bahwa hidup tumbuhnya anak-anak itu terletak di luar kecakapan atau kehendak
para pendidik. Anak itu sebagai makhluk, sebagai manusia, sebagai benda hidup
teranglah hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Seperti yang termaktub di
muka, maka apa yang dikatakan kekuatan kodrati yang ada pada anak itu tidak
lain ialah segala kekuatan di dalam hidup batin dan hidup lahir dari anak-anak
itu, yang ada karena kekuatan kodrat. Kaum pendidik hanya dapat menuntun
tumbuhnya atau hidupnya kekuatan-kekuatan itu, agar dapat memperbaiki lakunya
(bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya itu.
KESIMPULAN KONSEP PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA
Dari konsepsi diatas maka kesimpulan pemikiran Ki Hajar Dewantara ingin; a) menempatkan anak
didik sebagai pusat pendidikan, b) memandang pendidikan sebagai suatu proses
yang dengan demikian bersifat dinamis, dan c) mengutamakan keseimbangan antar
cipta, rasa, dan karsa dalam diri anak. Dengan demikian pendidikan yang
dimaksud oleh Ki Hadjar Dewantara memperhatikan keseimbangan cipta, rasa, dan
karsa tidak hanya sekedar proses alih ilmu pengetahuan saja atau transfer of
knowledge, tetapi sekaligus pendidikan juga sebagai proses transformasi nilai (transformation
of value). Dengan kata lain pendidikan adalah proses pembetukan karakter
manusia agar menjadi sebenarbenar manusia
PROSES & PELAKSANAAN PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA
Dalam proses tumbuh kembangnya seorang anak, Ki Hadjar
Dewantara memandang adanya tiga pusat pendidikan yang memiliki peranan besar.
Semua ini disebut “Tripusat Pendidikan”. Tripusat Pendidikan mengakui
adanya pusatpusat pendidikan yaitu; 1) Pendidikan di lingkungan keluarga, 2)
Pendidikan di lingkungan perguruan, dan 3) Pendidikan di lingkungan
kemasyarakatan atau alam pemuda. Alam keluarga adalah pusat pendidikan yang pertama
dan terpenting. Sejak timbul adab kemanusiaan hingga kini, hidup keluarga
selalu mempengaruhi bertumbuhnya budi pekerti atau karakter dari tiap-tiap
manusia. Alam perguruan merupakan pusat perguruan yang teristimewa berkewajiban
mengusahakan kecerdasan pikiran (perkembangan intelektual) beserta pemberian
ilmu pengetahuan (balai-wiyata). Alam kemasyarakatan atau alam pemuda merupakan
kancah pemuda untuk beraktivitas dan beraktualisasi diri mengembangkan potensi
dirinya. Ketiga lingkungan pendidikan tersebut sangat erat kaitannya satu
dengan lainnya, sehingga tidak bisa dipisah-pisahkan, dan memerlukan kerjasama
yang sebaik-baiknya, untuk memperoleh hasil pendidikan maksimal seperti yang
dicita-citakan.
Selain tripusat pendidikan Ki Hajar Dewantara mengemukakan
ajaran Trikon. Teori Trikon merupakan usaha pembinaan kebudayaan nasional yang
mengandung tiga unsur yaitu kontinuitas, konsentrisitas, dan konvergensi. Dasar kontinuitas berarti bahwa budaya,
kebudayaan atau garis hidup bangsa itu sifatnya kontinu, bersambung tak
putus-putus. Dasar konsentris berarti bahwa dalam mengembangkan kebudayaan
harus bersikap terbuka, namun kritis dan selektif terhadap pengaruh kebudayaan
di sekitar kita. Dasar konvergensi mempunyai arti bahwa dalam membina karakter
bangsa, bersama-sama bangsa lain diusahakan terbinanya karakter dunia sebagai
kebudayaan kesatuan umat sedunia (konvergen), tanpa mengorbankan
kepribadian atau identitas bangsa masing-masing.
Dalam pelaksanaan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara
menggunakan “Sistem Among” sebagai perwujudan konsepsi beliau dalam
menempatkan anak sebagai sentral proses pendidikan. Dalam Sistem Among, maka
setiap pamong sebagai pemimpin dalam proses pendidikan diwajibkan bersikap: Ing
ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, dan Tutwuri handayani. Ing ngarsa sung tuladha mengandung
makna, sebagai pendidik adalah orang yang lebih berpengetahuan dan
berpengalaman, hendaknya mampu menjadi contoh yang baik atau dapat dijadikan
sebagai “central figure” bagi siswa. Ing madya mangun karsa mengandung makna bahwa pamong
atau pendidik sebagai pemimpin hendaknya mampu menumbuhkembangkan minat, hasrat
dan kemauan anak didik untuk dapat kreatif dan berkarya, guna mengabdikan diri
kepada cita-cita yang luhur dan ideal. Tutwuri
berarti mengikuti dari belakang dengan penuh perhatian dan penuh tanggung
jawab berdasarkan cinta dan kasih sayang yang bebas dari pamrih dan jauh dari
sifat authoritative, possessive, protective dan permissive yang
sewenang-wenang. Sedangkan handayani
berarti memberi kebebasan, kesempatan dengan perhatian dan bimbingan yang
memungkinkan anak didik atas inisiatif sendiri dan pengalaman sendiri, supaya
mereka berkembang menurut garis kodrat pribadinya.
Cara mendidik menurut Ki Hadjar Dewantara disebutnya
sebagai “peralatan pendidikan”. Menurut Ki Hadjar Dewantara cara
mendidik itu amat banyak, tetapi terdapat beberapa cara yng patut diperhatikan,
yaitu (a) Memberi contoh (voorbeelt), (b) Pembiasaan (pakulinan, gewoontevorming),
(c) Pengajaran (wulang-wuruk), (d) Laku (zelfbeheersching), (e)
Pengalaman lahir dan batin (nglakoni, ngrasa).
Buatlah sebuah refleksi dari pengetahuan
dan pengalaman baru yang Anda peroleh dalam modul ini dan perubahan diri yang
yang Anda alami dan akan Anda praktekan di sekolah dan kelas Anda.
Jawab :
Refleksi saya setelah mempelajari
pemikiran Ki Hajar Dewantara ini maka strategi mengajar yang akan saya terapkan
di kelas saya antara lain :
·
Memberikan kesempatan berpendapat
·
Guru yang menciptakan pembelajaran bermakna
·
Berpartisipasi dengan kesepakatan kelas
·
Guru bersikap demokratis dan memberi teladan
·
Guru yang menjadi tauladan murid
·
Memanusiakan manusia
·
Melatih murid memberikan feedback
·
Guru yang mampu memotivasi untuk belajar sepanjang hayat
·
RPP jangan membosankan, harus selalu di evaluasi & dikembangkan
·
Membuat suasana kelas lebih menyenangkan dan nyaman
·
Mengenali karakteristik murid dengan baik
·
Mengenali tes kecerdasan dominan murid
·
Melayani murid yang berbeda selera belajar
·
Peduli, perhatian,ramah adil, sayang dengan murid
·
Menuntun murid mengembangkan potensi sesuai kodrat, minat dan bakat
·
Menuntun murid memiliki keterampilan dan sukses di masa depan
Ceritakan (konstruksikan kembali) proses
pembelajaran dan suasana kelas yang mencerminkan pemikiran KH Dewantara secara
konkret sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di kelas dan sekolah
Anda.
Jawab :
Proses pembelajaran yang mencerminkan pemikiran KHD adalah pembelajaran
berpusat pada siswa, dengan memberikan penghormatan sepenuhnya pada siswa,
menghamba pada siswa dimana artinya adalah segala bentuk tuntunan ditujukan
untuk pemenuhan kebutuhan siswa, sebagai guru kita bertindak sebagai
fasilitator, pendamping dan yang menuntun siswa menemukan perubahannya, dari
tidak tahu menjadi tahu sekaligus memiliki berbudi pekerti yang baik. Seorang
guru harus berusaha menciptakan iklim belajar yang kondusif agar siswa nyaman,
sekalipun pelajaran yang diampu tidak terlalu diminati. Berusaha bahwa siswa
dengan bakat dan minat masing-masing berkembang sesuai dengan kodratnya. Dengan
tidak memaksakan hasil belajar dengan target yang tinggi dan seragam, menerima
perbedaan karakter dan kebiasaan peserta didik akan serta merta berbeda pula
perlakuannya. Memberikan kebebasan pada peserta didik menyelesaikan dengan
caranya, tidak mendikte hasil pekerjaan harus sama satu dengan yang lain, bebas
berekspresi. Berusaha penuh meninjau kembali kondisi awal peserta didik,
mempelajari latar belakang peserta didik agar bisa sepenuhnya menjadi
fasilitator dengan tingkat keragaman yang tinggi, maka perlakuan terhadap
peserta didik akan berbeda-beda pula sesuai kebutuhan dan kemampuan
masing-masing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar